Sewaktu muda dan naif, mungkin diantara kita tidak ada yang pernah dengan serius berpikir, dari mana asal usul minuman kopi. Sebagian besar dari kita berkenalan dengan kopi melalui kacamata anak kecil yang dengan serius memperhatikan ayah kita minum kopi tiap pagi, lalu menanyakannya dan mendapatkan jawaban bahwa minuman favorit ayah adalah kopi. Lalu mungkin ada yang mencobanya satu sendok dan memutuskan tidak enak dan tidak pernah mencobanya lagi hingga remaja. Permulaan minum kopi lagi biasanya terjadi karena pergaulan, kemudian menjadi rutinitas dan ketagihan hingga sekarang. Apakah itu yang pembaca alami? Jawabannya sebagian besar pasti iya.
Tapi sebelum jauh berbicara mengenai bagaimana anda berkenalan untuk pertama kalinya dengan kopi, mari berbicara dari mana asal muasal minuman yang paling banyak diminati ini. Once upon a time, adalah Khaldi, seorang penggembala kambing di dataran Afrika, tepatnya di Ethiopia, mendapati secara tidak sengaja, kambingnya berjingkrak-jingkrak atau dengan kata lain bersemangat setelah memakan biji-biji kopi, kemudian dia mencobanya dan mendapati dirinya merasa segar. Dunia mencatat peristiwa itu terjadi setidaknya pada abad ke 6, dan dari sanalah penemuan kopi itu bermula. (Clark, 2007)
Dari biji-biji kopi yang keras dan pahit itu, terjadilah penemuan-penemuan manusia untuk bisa mengkonsumsi kopi dengan cara yang lebih baik. Suku-suku asli Ethiopia terbiasa memfermentasikan biji kopi hingga menjadi minuman anggur yang dingin dan mencampurkannya dalam adonan makanan. Berbeda dengan Ethiopia, suku Galla menumbuk biji-biji kopi dan mencampurkannya dengan lemak binatang. Para petarung dari suku Galla mencatat selama memakan campuran ini, mereka bisa terbebas dari rasa lapar seharian. (Clark, 2007)
Eksperimentasi makanan tersebut terus berlanjut mulai dari abad ke 7 hingga pada tahun 1200 masehi ketika seorang Yaman bernama Ali Ibn Umar Al-Shadhili menemukan cara yang berbeda dan menemukan cara paling fundamental dalam menikmati biji kopi. Ali memanaskan biji kopi dalam air, dalam kata lain, dia membuat minuman kopi, minuman tersebut sebagai mana dicatat, membuatnya tetap tersadar sepanjang malam dan sangat berguna ketika dia ingin mendekatkan diri kepada Tuhan. Dari sanalah penemuan minuman kopi bermula. (Clark, 2007)
Penemuan Ali Ibn Umar Al-Shadhili akan minuman kopi menyebar hingga ke dunia Arab yang ketika itu menjadi bagian penting dalam lintas perdagangan global. Para sejarawan mencatat, Bangsa Arab pada abad ke 12 sedang menjadi kawasan yang diperhitungkan dalam percaturan politik global oleh karenanya banyak orang dari belahan dunia lain berkunjung ke Arab dan mencicipi minuman kopi yang kala itu dikenal dengan istilah “The Wine of Islam”. Sebagaimana diketahui, Islam melarang segala bentuk minuman memabukkan, sejak minuman kopi tidak memabukkan dan mampu membuat badan terjaga sepanjang ibadah malam, dan bahkan memberi energi ketika perang, Kopi bukan masalah besar dalam Islam. Dari Jazirah Arab, kopi berkembang dan menjadi komoditi penting dalam perdagangan di dunia Arab. Tidak heran jika invention kata kopi berasal dari Bahasa Arab Kohwah, kahveh (Turki), Koffie (Vienna) dan Café (Paris) dan Coffee (Inggris).
Kita telah menemukan asal sejarah penemuan biji kopi, asal usul minuman kopi, dan sejarah penyebarannya ke seluruh penjuru dunia, hingga penemuan kata kopi, tapi kita belum menemukan dari mana tradisi minum kopi itu bermula. Syahdan, dari dunia Arab, kopi menuju ke utara, tepatnya Turki yang dimasa Kesultanan Ottoman merupakan sebuah imperium yang menguasai dua pertiga dunia. Kala itu, di middle east, kopi adalah minuman elit yang hanya diminum oleh orang-orang tertentu, misalnya orang-orang yang dekat dengan kekhalifahan. Begitu juga dengan di Turki, konon menurut catatan ilmuwan, para Sultan seringkali bersantai di bantalan ditemani para harem yang menyediakan kopi dan kue-kue khas Turki. Konon salah satu alasan banyak istri Khalifah yang diceraikan oleh Sultan adalah karena ketidakmampuannya dalam menyediakan minuman kopi. Para pria di Turki terbiasa berkumpul bersama, untuk berbicara masalah perdagangan, politik dan agama ditemani oleh Kopi yang dicampurkan dengan Cardamom (Biji Kapulaga), Saffron (atau Kuma Kuma), dan Opium. Ilmuwan Clark mencatat setidaknya penemuan Frapucino modern sudah bisa terlihat dari para bangsawan Turki meminum kopi.
Dari Turki, kopi menyebar ke Benua Eropa yang saat itu tengah menjadi fokus penaklukan Ottoman. Sejarah mencatat, setelah menaklukkan Konstantinopel sekitar tahun 1400-an, kekuatan Turki merangsek masuk ke benua eropa. Dikatakan, sebelum menaklukkan suatu daerah, Kesultanan Turki terbiasa mengirim utusan secara damai. Ilmuwan Clark mencatat, Duta Besar Turki bernama Sulayman Aga, mengirim surat damai dan perjanjian dagang dengan Raja Perancis, Louis XIV yang terkenal flamboyan, kejam dan bernafsu tinggi. Louis yang tahu bahwa kedatangan Sulayman adalah untuk meminta izin penyerangan terhadap Vienna, menolak dengan cara memperlambat membaca surat Sultan dan mengizinkan duta besar untuk tinggal di Paris. Selama tinggal di Paris inilah, Sulayman berkeliling Paris dan mengumpulkan para wanita kelas atas Paris untuk berkumpul bersama untuk minum kopi. Segera saja acara kumpul bersama untuk minum kopi menjadi acara yang paling sering ditunggu, undangan Sulayman menjadi event paling dinanti oleh warga kota Paris. Bahkan sekembalinya Sulayman Aga ke Konstantinopel, para wanita dan pria di Paris kerap mengadakan acara serupa “a la Turque”. Gathering minum kopi ini konon menjadi acara lumrah di tiap sudut kota Paris dan menjadi gaya hidup tersendiri.
Tidak berhenti sampai dengan Paris, Kekhalifahan Turki yang tidak mendapat dukungan Perancis untuk melancarkan serangan ke Vienna, tetap melakukan serangan. Penulis tidak akan merinci bagaimana taktik tentara Turki yang konon memblokade kota dan menyebabkan warga Vienna kelaparan, namun yang patut untuk diketahui adalah, bahwasannya terdapat James Bond abad 17 bernama Franz Kolschitzky, seorang Polandia yang sehari-hari bekerja sebagai penerjemah bahasa turki. Berlagak seperti James Bond yang menyamar menjadi tentara Turki, dia mengumpulkan informasi dimana kelemahan tentara turki. Informasi yang didapat adalah bahwasannya pada tanggal 8 September, tentara Turki kemungkinan sedang tidak berjaga, maka pada suatu malam, tentara rahasia Polandia menyerang secara tiba-tiba dan membuat tentara Turki yang tidak sedang siaga lari tercerai berai meninggalkan semua bawaan. Termasuk senjata dan bahan makanan. Orang-orang Austria tadinya mengira biji-bijian yang terdapat dalam selempang Unta adalah makanan Unta, satu-satunya yang mengira itu adalah Biji Kopi yang sudah mashur adalah Franz. Ketika orang-orang Vienna menanyakan hadiah apa yang harus diberikan kepada Franz, pahlawan Vienna dari Polandia ini meminta biji-biji kopi tersebut sebagai modal baginya untuk mendirikan Kafe.
Pertempuran Turki melawan Vienna ini konon membawa teman makan paling legendaris dari minuman Kopi. Ketika kafe-kafe sudah berdiri di Vienna, orang-orang Austria mengenang pertempuran itu dengan cara membuat roti yang menyerupai lambang Crescent atau Bulan Sabit, mereka membuat Croissant. Jadilah Croissant teman makan paling popular untuk menemani secangkir kopi.
Petemuan orang-orang Paris dan Vienna dengan biji kopi membawa minuman kopi menjadi minuman paling disukai di seluruh benua eropa, walaupun sempat ada pelarangan dari otoritas gereja dan bahkan penolakan dari pemerintah Jerman dan Inggris, Kopi terbukti menjadi minuman paling disukai, masyarakat eropa konon menjadi lebih cekatan dalam bekerja, dalam masa revolusi industry, banyak pabrik yang memberikan kopi gratis untuk meningkatkan kinerja pegawai dan memungkinkan pegawai untuk datang tepat waktu pada tiap pagi. Dari benua eropa, kopi melintas ke pasifik menyebrangi benua Amerika, melintas hingga ke Asia melalui Indonesia.