Coming To America, The Sense of Patriotism

Coffee, the favorite drink of the civilized world
– Thomas Jefferson

Pada masa the Age of Discovery (sekitar abad ke 16-17) penemuan-penemuan dunia baru atau wilayah-wilayah yang pada abad ke 16 belum dijelajahi oleh Bangsa Barat, setidaknya didorong oleh satu hal, pencarian bahan makanan, termasuk spices atau rempah-rempah, teh, kopi dan sebagainya. Pencarian ini disebabkan kinerja sebuah mekanisme pasar, yakni permintaan dan penawaran. Ketika permintaan kopi sangat tinggi di Eropa, sementara konflik dengan Ottoman yang tidak kunjung usai dan Dataran Ethiopia dan Yaman tidak lagi mempu menyediakan bahan baku yang memadai. Bangsa-bangsa Eropa mulai memikirkan bagaimana caranya menemukan lahan baru yang pas untuk penanaman kopi. Sejarah menceritakan dua daratan yang sukses menjadi penanaman kopi di luar Arabia, pulau Jawa (Indonesia) dan pulau Martinique (Amerika Tengah, Karibia)

Dari berbagai catatan, pada abad ke 17, bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba untuk melakukan penanaman biji kopi di luar Arabia dan Eropa, hal ini didasari oleh sempitnya lahan dan cuaca yang kurang mendukung. Inggris diwakili oleh EIC membawa biji kopi dan melakukan penanaman di India atau tepatnya Sri Lanka (Ceylon), namun saying penanaman ini gagal. Sementara Belanda, diwakili oleh VOC, melakukan penanaman di tanah Jawa tepatnya di Batavia (Jakarta) dan sukses besar. VOC lalu menanamnya kembali di Sumatera dan Sulawesi yang pada akhirnya membawa VOC atau Belanda memiliki komoditi penting untuk diperdagangkan.

Perancis adalah Negara pertama yang mengenalkan biji kopi ke Amerika Latin. Sewaktu itu, Wali Kota Amsterdam menghadiahi Raja Perancis, Louis XIV sebuah tanaman kopi dari tanah Java yang masih muda. Louis memerintahkan kepada pegawai istana untuk menanamnya di Royal Botanical Garden di Paris. Setalah beberapa lama dan menghasilkan banyak bibit tanaman, seorang perwira angkatan laut bernama Gabriel De Clieu mendapatkan bibit-bibit tersebut dan menanamkannya di koloni Perancis, kepulauan Martinique. Penanaman ini sukses besar dengan menghasilkan 18 juta pohon kopi dan menjadikannya sumber bibit kopi untuk seluruh tanaman kopi yang ada di Kepulauan Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Sementara Belanda adalah bangsa eropa yang pertama kali mengenalkan kopi di Dunia Baru atau belakangan dikenal dengan nama Amerika Serikat, tepatnya di koloni New Amsterdam (New York sekarang). Orang-orang Eropa yang sudah terbiasa meminum kopi begitu Belanda membuka kedai kopi di New Amsterdam menjadi ramai, hanya koloni-koloni Inggris yang entah kenapa jarang meminum kopi, koloni-koloni Inggris hanya membeli minuman teh. Padahal coffee house di London dan mungkin di sebagian besar masyarakat Inggris, cukup terkenal dan ramai dikunjungi. Inggris pula yang menjadi pionir dari “penny universities” sebuah istilah yang merujuk pada kegiatan dimana para pria di inggris menghabiskan sebagian Penny nya di Kedai Kopi untuk bertukar pikiran, membicarakan politik, keagamaan dan perdagangan.

Para ahli sejarah tidak menemukan pendapat utuh mengenai sebab musababnya, namun ada suatu kesimpulan mengapa pada abad ke 16 Kopi di Amerika Serikat kurang begitu populer, salah satu penyebabnya adalah adanya undang-undang pajak yang membebani harga kopi. Pemerintah Inggris pada waktu tersebut melihat bahwa masyarakat Inggris sudah sangat keranjingan dengan minuman kopi, hal itu terbukti pada pertengahan abad ke 17, di London saja sudah berdiri lebih dari 300 kedai kopi. Sebagaimana layaknya perekonomian berjalan, hukum permintaan dan penawaran bermain disini, Kerajaan Inggris mulai memberikan pajak yang sangat tinggi untuk minuman dan biji kopi karena bisa meningkatkan pendapatan Negara yang pada saat itu giat melakukan penjelajahan dunia baru dan sering berperang dengan sesama Negara Eropa. Sehingga walaupun tradisi minum kopi di London maupun di Amerika cukup kuat, namun karena harganya yang selangit, membuat masyarakat Inggris dan Amerika konon beralih ke minuman Teh. Hal ini lah yang kemudian membuat teh sangat populer di dunia Anglo Saxon. Hal ini bisa ditelusuri hingga saat ini, tatkala tradisi evening tea dan tipe teh English Breakfast sangat terkenal hingga sekarang.

Namun sejarah berulang dan kopi mendapatkan momentumnya kembali di hati masyarakat Amerika pada masa revolusi kemerdekaan Amerika Serikat. Ketika koloni koloni Inggris sudah terbiasa untuk minum teh dan kemudian angka konsumsinya sudah tinggi, kerajaan dan parlemen inggris mulai menerapkan kebijakan yang hampir sama terhadap komoditi teh, menerapkan pajak yang tinggi dan kemudian memaksa koloni-koloni Inggris untuk membayar teh berikut dengan pajaknya. Koloni-koloni Inggris yang mulai keberatan dengan banyaknya pajak yang dibebankan kepada mereka, mulai dari Pajak Stempel, Pajak Gula, dan pajak –pajak lainnya berkenaan dengan barang impor, memprotes kebijakan ini dengan cara mengalihkan minuman mereka, dari teh ke kopi. Koloni koloni Inggris sangat kesal dengan paksaan membayar pajak teh, dan dari sanalah peristiwa yang dikenal dengan istilah Pesta Teh Boston dimulai.

Sejarah mencatat peristiwa itu terjadi pada tahun 1773 di koloni Inggris, Pennsylvania, tepatnya di Pelabuhan Boston. Kala itu, Parlemen Inggris yang di pimpin oleh seorang Lord North, perdana menteri yang sangat dekat dengan Raja sedang berupa menyiasati undang-undang keuangan Inggris sekaligus membantu rekan-rekannya di East India Company yang kala itu sukses besar menghasilkan 17 juta pounds karung teh hasil panen raya kebun teh di Ceylon. Menurut UU, Kerajaan Inggris diharuskan membayar 12 pence per pound. Untuk membiayai hal tersebut, Lord North mengirimkan berjuta-juta pound teh ke koloni-koloni di Inggris dengan harapan bisa mendapatkan beberapa keuntungan sekaligus, meringankan keuangan Inggris, membantu rekan-rekannya di EIC, sekaligus mendapatkan tambahan kas dari pelabuhan-pelabuhan koloni. Namun nyatanya, koloni Inggris di Amerika, terutama di Boston menolak kiriman teh tersebut dengan alasan bahwa Inggris berupaya melakukan monopoli teh, para pedagang di Amerika mulai berpikir, produk-produk apalagi yang akan di monopoli oleh Inggris. Dengan menyamar menjadi suku indian Mohawk beberapa penduduk Boston mulai menggulingkan karung-karung teh ke laut. Aksi patriotic ini diikuti kemudian dengan konvensi nasional pada tahun 1774 dengan memboykot seluruh produk inggris, termasuk teh. Dari sanalah awal mula masyarakat amerika kembali meminum kopi. Koloni-koloni Inggris melirik kopi sebagai minuman patriotik, bahkan beberapa pertemuan penting dan monumental seperti deklarasi kemerdekaan amerika dilakukan di sebuah balai pertemuan yang menyediakan kopi.

Saomi Rizqiyanto

A scholars who also an enterpreneur. Graduate from University of Indonesia and Lecturer at State Islamic University Jakarta. A founder and CEO of Masamitra, an independent media consultant.